MAKALAH GIZI IKANI “Komposisi Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr

MAKALAH
GIZI IKANI
Komposisi Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr.)  “


OLEH :
KELOMPOK 1 :
1.     NURNI                                ( Q1B115040 )
2.     NUR HUTRIANI               ( Q1B115162)
3.     IIN CAROLINE ARPIN   ( Q1B115022)
4.     ARMIN                                ( Q1B115011)
5.     WAODE RUSMIANUR     ( Q1B115116)


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
 FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

          Ikan air tawar merupakan komoditas perikanan air tawar yang saat ini banyak menghasilkan devisa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun .
          Dalam usaha budidaya ikan, perlu diperhatikan tentang penyediaan benih dan pakan yang cukup memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, antara lain dicapai melalui sistem intensif. Menurut Djajasewaka (1985), budidaya ikan yang intensif merupakan suatu usaha pemeliharaan ikan dengan padat penebaran tinggi dan keharusan memberi pakan buatan. Salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan secara intensif adalah ikan tawes. Budidaya tawes tidak memerlukan modal yang besar. Ikan ini banyak digemari masyarakat karena memiliki daging cukup tebal, rasa daging yang enak, dan termasuk ikan prolifik.
          Menurut Ardiwinata (1981) ikan tawes (Puntius javanicus Blkr.) merupakan ikan herbivor, daun-daunan merupakan pakan yang penting bagi tawes. Menurut Mudjiman (2000), ikan tawes pada waktu masih benih suka makan plankton. Setelah dewasa ikan tawes suka makan lumut dan pucuk-pucuk ganggang muda. Selain itu, ikan tawes juga makan daun-daun tanaman lain, misalnya daun keladi, daun singkong, dan daun pepaya. Pertumbuhan pakan alami dalam usaha budidaya ikan yang intensif, akan mengalami kesulitan. Untuk mencapai laju pertumbuhan ikan yang baik, selain diberi pakan alami perlu diberikan pakan buatan sesuai kebutuhan ikan. Menurut Britner et al. (1989), banyak bahan yang dapat digunakan untuk pakan buatan. Tipe bahan yang digunakan tergantung dua faktor, yaitu jenis ikan dan ketersediaan bahan.
          Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan pakan buatan ini adalah biaya yang cukup tinggi untuk pembelian pakan. Menurut Rasidi (1998), biaya pakan ini dapat mencapai 60-70% dari komponen biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah dengan membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan ini menggunakan teknik yang sederhana dengan memanfatkan sumbersumber bahan baku lokal, termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif murah.
          Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan pakan tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai gizi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain nilai gizi makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang dipelihara. (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1991; Sumantadinnata, 1983).
1.2  Tujun Penelitian
          Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kombinasi pakan meliputi kadar protein, lemak, abu, air dan karbohidrat dari pakan buatan yang terdiri atas tepung ikan,tepung jagung, dedak, daun turi, kanji, dan premix vitamin serta mengetahui kombinasi pakan yang paling efektif untuk memacu pertumbuhan ikan tawes dan kadar protein dagingnya.














BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan tempat penelitian
           Penelitian dilaksanakan bulan Oktober 2003 -Januari 2004, dilakukan di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Analisis kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, dan air dilakukan di Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta.
2.2 Bahan
         Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
          Ikan tawes (Puntius javanicus Blkr.) dengan panjang 3- 5 cm atau yang berumur ± 2 bulan. Bahan pakan berupa tepung ikan, dedak, tepung daun turi, tepung jagung, tepung kanji, dan premix vitamin. Pellet komersil, larutan Lowry A, Lowry B, Lowry C, Lowry D, Lowry E, akuades, kapas, air, kertas saring, dan petroleum eter.
2.3  Prosedure Kerja
3        Macam perlakuan
Tabel 1. Macam perlakuan yang diberikan pada hewan uji.
Jenis Bahan
A                  B               C            D            E
Kontrol Positif
Konntrol Negatif
Tepung
ikan           3%               12%             23%          33%         42%     Diberi              Tidak
Tepung
jagung     32%              25%             20%          14%          8%       Pakan               Diberi

Dedak     46%              39%             30%         21,5%       14%      Pellet               Pakan
Tepung
daun turi    2%             10%             16%           22,5%      30%    Komer sil/
                                                                                                          pakan
Tepung
Kanji         15%             12%             9%            7%            4%         Buatan
Premix
 vitamin      2%               2%              2%            2%             2%         Pabrik
v  Pembuatan tepung ikan Afkir ikan direbus selama ± 30 menit, air rebusannya dibuang kemudian ikan dikeringkan dengan dijemur. Selanjutnya, ikan digiling menjadi tepung.
v  Pembuatan pakan Semua bahan yang terdiri atas tepung ikan, tepung jagung, dedak, tepung daun turi, kanji, dan premix vitamin dicampur dengan komposisi sesuai pada macam perlakuan yang diberikan. Campuran diseduh dengan air panas dan diaduk hingga menjadi pasta. Selanjutnya, dicetak menggunakan penggiling daging atau pencetak pellet dan hasilnya dikeringkan di bawah sinar matahari.
v  Uji protein dilakukan dengan metode Lowry (Sudarmadji dkk, 1997). Pakan sebanyak 3 g ditumbuk halus kemudian ditambah aquadest sampai volumenya 100 ml. Larutan disaring menggunakan kertas saring, ditambah aquadest sampai volume kembali 100 ml. Larutan sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan Lowry D, dan segera digojog dengan vortex. Kemudian, diinkubasikan pada suhu kamar selama 15 menit. Ditambahkan 3 ml larutan Lowry E ke dalam cuplikan dan digojog dengan vortex. Kemudian, diinkubasi pada suhu kamar selama 45 menit, dan diukur absorbansinya pada 590 nm. Dibuat kurva standar serum albumin dengan konsentrasi 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1/ml H2O. Dan bahan-bahan ini, juga diukur absorbansinya pada 590 nm, sehingga diperoleh garis regeresi hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi protein. Berdasarkan garis ini, kandungan protein cuplikan bisa diketahui.
v  Uji lemak dilakukan dengan metode Soxhlet (Apriyantono dkk., 1987). Pakan sebanyak 1.5 g dihaluskan, dibungkus dengan kertas saring dan diberi kapas pada bagian atas dan bawahnya, dan dimasukkan dalam tabung ekstraksi soxhlet. Air pendingin dialirkan melalui kondensor, selanjutnya diekstraksi pada alat destilat soxhlet dengan pelarut petroleum eter secukupnya, selama 3-4 jam. Botol timbang yang berisi hasil ekstraksi soxhlet diuapkan di dalam oven 105o C sampai berat konstan
v  Uji kadar air dilakukan dengan cara pemanasan (Sudarmadji dkk, 1997). Pakan sebanyak a g ditimbang, kemudian dikeringkan di dalam oven pada temperatur 100- 101o C selama 3 jam. Selanjutnya, didinginkan dan ditimbang. Sampel dipanaskan kembali dalam oven 30 menit, didinginkan dan ditimbang lagi. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan
v  Kadar abu Pakan sebanyak 2 g diletakkan dalam krus porselin yang kering dan telah diketahui beratnya. Dioven pada suhu 105o C selama 2 jam, dipijarkan dalam furnace bersuhu 600o C selama 2 jam sampai diperoleh abu berwarna putih. Krus dan abu dimasukkan dalam eksikator, kemudian ditimbang. Berat abu yang dihasilkan dari selisih penimbangan merupakan kadar abu.
v  Pengukuran kadar protein ikan Pengukuran kadar protein ikan dilakukan dengan metode Lowry dan dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Sampel yang diambil pada jaringan otot (daging) ikan bagian dorsal (musculus epaxial) dari masing-masing perlakuan.
v  Penetapan kadar karbohidrat dilakukan dengan metode “carbohidrat by difference “. Angka 100 dikurangi kadar air, abu, protein, dan lemak (Nugroho, 1999).
















BAB III
HASIL dan Pembahasan
          Kualitas pakan Salah satu syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan adalah tersedianya pakan yang bergizi. Uji kualitas pakan tersebut meliputi pengukuran kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat. Komposisi dari tiap pakan yang diuji dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kualitas pakan buatan yang digunakan untuk perlakuan dalam percobaan.

Perlakuan
Uji kualitas pakan buatan
Kadar Air
 (%)
Kadar Abu (%)
Kadar Lemak (%)
Kadar Protein (%)
Kadar karbohidrat (%)
A
B
C
D
        E
2,15a 2,42ab 2,82b 2,62ab 2,42ab
8,65a 19,48b 21,14c 24,21d 24,94d
6,82d
5,09b
 5,48c
4,54a
 5,41c
6,95a 10,14b 13,27c 20,73d 22,88e
75,92e
 62,87d 57,29c
47,91b
44,35a
 
          Dari Tabel 2 tentang kualitas pakan buatan, dapat diketahui bahwa hasil analisis statistik menunjukkan kadar air pakan pada perlakuan A menunjukkan beda nyata dengan perlakuan C. Tetapi, perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, D, dan E. Nilai terendah kadar air pakan adalah pada perlakuan A, yaitu 2,15% dan tertinggi pada pakan C, yaitu 2,82%. Nilai tersebut tidak terpaut jauh.  Hal ini karena proses pengeringan pada pakan dilakukan pada tempat yang sama. Oleh karena itu, tingkat kekeringan dari pakan buatan relatif sama.
          Menurut Sahwan (2002) kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak lebih besar dari 10%. Jadi, kadar air pada pakan ini masih dalam batas kisaran ideal. Tingkat kekeringan pakan ini sangat menentukan daya tahan pakan karena apabila pakan buatan mengandung banyak air maka akan menjadi lembab. Dalam kondisi ini apabila pakan disimpan terlalu lama akan ditumbuhi jamur. Dengan demikian, kualitas dari pakan akan menurun, bahkan dapat berbahaya bagi ikan. Kadar air pada pakan buatan ini sudah relatif rendah sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
         Hasil pengukuran pada kadar abu pakan, perlakuan D dan E tidak beda nyata. Tetapi perlakuan D dan E ini berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan C. Hal ini karena komposisi bahan dari masing-masing perlakuan mempunyai persentase yang berbeda-beda. Kadar abu pada pakan menunjukkan indikator besarnya kandungan untuk mineral yang terdapat dalam pakan tersebut (Jangkaru, 1974). Kadar abu tertinggi pakan buatan pada perlakuan E, yang juga memberikan laju pertumbuhan yang tertinggi di antara perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan pakan perlakuan E tersebut mempunyai kandungan mineral yang tertinggi. Perbedaan kadar abu pada pakan buatan, dikarenakan persentase bahan yang berlainan antara perlakuan satu dengan perlakuan lainnya.
          Kadar lemak perlakuan C dan E tidak beda nyata, tetapi perlakuan ini beda nyata dengan A, B dan D. Lemak dalam makanan mempunyai peran yang penting sebagai sumber tenaga, bahkan dibanding dengan protein dan karbohidrat, lemak dapat menghasilkan tenaga yang besar. Protein dan karbohidrat berisi sekitar 4,6 kcal/g, tetapi ikan hanya dapat menghasilkan 3,9 kcal/g untuk protein dan 1,6 kcal/g untuk karbohidrat. Lipid mengandung 9,6 kcal/g mempunyai nilai kalori efektif sebesar 8 kcal/g untuk ikan (Wedemeyer, 1996). Dalam kaitan dengan pakan buatan, adanya lemak dalam pakan berpengaruh terhadap rasa dan tekstur pakan yang dibuat. Menurut Mudjiman (1989) kandungan lemak ideal untuk makanan ikan berkisar 4-18%. Jadi, kadar lemak pada pakan buatan ini masih dalam batas kisaran kadar lemak ideal untuk pakan ikan.
          Dari uji menggunakan DMRT ini, dapat diketahui kadar protein pakan buatan pada semua perlakuan, yaitu pada A, B, C, D, dan E menunjukkan beda nyata. Berarti dari masing-masing perlakuan tersebut mempunyai kadar protein yang berbeda-beda. Protein merupakan senyawa kimia yang sangat diperlukan oleh tubuh ikan sebagai sumber energi dan diperlukan dalam pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan hormon steroid (Breet dan Grover dalam Dharma dan Suhenda, 1986). Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga yang paling utama. Pemberian protein dengan kadar yang sesuai akan meningkatkan pertumbuhan ikan.
          Kadar karbohidrat pakan buatan pada semua perlakuan yaitu perlakuan A, B, C, D, dan E menunjukkan beda nyata. Pada ikan, karbohidrat merupakan salah satu sumber energi setelah protein dan lemak yang didapat dari pakan. Kadar karbohidrat pada pakan A sebesar 75,92%. Persentase yang besar ini diperoleh karena pakan A komposisinya lebih banyak tepung jagung dan dedak yang merupakan sumber karbohidrat. Sebaliknya, kadar karbohidrat terendah adalah pada pakan E, yaitu sebesar 44,35%. Hal tersebut karena pada penyusunan komposisi pakan, pada perlakuan E kadar tepung jagung dan dedak tidak sebesar pada pakan A.




















BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
          Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (i)Tepung ikan, tepung jagung, tepung daun turi , dedak, dan tepung kanji dapat digunakan sebagai pakan ikan tawes. (ii) Berbagai variasi komposisi bahan-bahan dalam pakan buatan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda bagi ikan tawes. (iii) Pakan buatan dengan komposisi 42% tepung ikan, 8% tepung jagung, 14% dedak, 30% tepung daun turi, 4% tepung kanji, dan 2% premix vitamin menghasilkan pertumbuhan ikan tawes paling baik, dan kandungan protein daging paling tinggi.




















DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.H. Puspitasari, Sudarnawati, dan S. Budiyanto.  
           1987. Analisis Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

Ardiwinata, R.O. 1981. Pemeliharaan Ikan Tawes. Bandung: Penerbit Sumur.
Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Bogor: Lembaga Penelitian Perikanan Darat.
Nugroho, A. 1999. Pemanfaatan Limbah Abon Nila sebagai Makanan Tambahan
           untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). [Skripsi].
           Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.

Rasidi. 1998. Formulasi Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Jakarta: Penebar
           Swadaya.

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
           Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan Peliharaan di Indonesia.
          Jakarta: Sastra Hudaya.

Wedemeyer, G.A. 1996. Physhiology of Fish in Intensive Culture Systems. New  
          York: An International Thomson Publishing Company



















Komentar

  1. The Best Slot Games - Casino News - Poormans
    a collection 바카라총판 of top rated and rated casino games on the web. xbet If you're looking for 토토 먹튀 사례 some exciting slots from the best 더굿 토토 developers around, 에볼루션 바카라

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ‘’Teknik Biakan Murni’’

Laporan Praktikum Pengasapan dan Abon Ikan

GIZI IKANI MAKALAH Perbedaan Ikan Patin dan Ikan Sembilang