LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ‘’Morfologi Mikroba Selain Bakteri’’
LAPORAN
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DASAR
‘’Morfologi Mikroba Selain Bakteri’’
Oleh
:
NAMA :
ARMIN
STAMBUK :Q1B115011
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
PERIKANAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN
INDIUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fungi atau
Cendawan adalah organisme Heterotrofik,
mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari
benda organik mati yang terlarut mereka disebut saprofit. Saprofit
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya
menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam
tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat
menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita
bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain.
Umumnya fungi,
bersel banyak, bersifat eukariotik atau memiliki membrane inti sel, tidak
memiliki klorofil sehinggga bersifat heterotrof atau tidak mampu membuat
makanan sendiri, ada yang bersifat parasit, ada yang bersifat saprofi, dan ada
yang bersimbiosis (mutualisme) membentuk lichenes.
Jamur atau fungi tidak
memiliki klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler,ada pula yang
mutiseluler. Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler
terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang
hifa. Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam penggolongan
jamur. Hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya,
hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa
sporangium.sporangium artinya kotak spora. Didalam sporangium terisi spora. Ada
pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang
dapat menghasilkan konidium.
Khamir adalah mikroba uniseluler, mikroskopik dan
tidak membentuk percabangan yang tetap. Mikroba ini sebagian besar termasuk
kelas Acomicetes. Pada umumnya sel khamir lebih besar daripada sel bakteri
biasanya berbentuk bulat telur dan memanjang.
1.2.Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah
untuk untuk melihat beberapa bentuk fungi dan sel khamir menggunakan mikroskop.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Fungi merupakan mikroorganisme yang tidak memiliki klorofil
dan hidup secara heterotrof dengan menguraikan bahan-bahan organik yang ada
dilingkungannya dan menyerapnya untuk mendapatkan nutrient (Dwidjoseputro, 2005).
Fungi banyak kita
temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur
menyukai habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur menjadi dua
kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast).Kebanyakan
jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen
panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan
menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur
dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau
oval (Gandjar, 2013)
Fungi
berkembang biak dengan spora dan umumnya secara seksual atau aseksual. Semula
jamur di anggap sebagai tumbuhan. Klasifikasi yang memasuki fungi kedalam dunia
karena beralasan karena keasaman dalam hidupnya, habitat hidupnya pada umumnya
di tanah. Fungi yang menghasilkan tubuh buah seperti hal pertumbuhan lumut
(Subandi, 2010).
Sebagian besar tubuh
fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan,
dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi (Michael dan Pelczar, 2008).
Kapang merupakan fungi
yang bersifat multiselulerdan menghasilkan miselium. Sedangkan khamir merupakan
fungi yangbersifat uniseluler dan tidak menghasilkan miselium. Selain itu,
terdapatpula kelompok fungi yang merupakan fungi semu yaitu fungi
yangmenghasilkan miselium semu.Fungi memiliki bermacam-macam bentuk organisme
yang terdapatdimana-mana di bumi, baik di daerah tropik, subtropik, di kutub
utara,maupun antartika (Enda S., 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum
ini di laksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari pada hari Kamis, 19 November 2015 pukul 13.00
– 15.00 WITA.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang di
gunakan pada praktikum kali ini yaitu biakan
murni fungi dari tiga sampel (roti, ragi dan tempe), aquadest dan
larutan lactofenol.
Alat yang di gunakan dalam praktikum kali ini yaitu lampu
Bunsen, mikroskop cahaya, kaca benda, kaca penutup dan jarum ose.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur praktikum
kali ini adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan kaca
benda dengan aquades sampai bebas lemak dan debu. Kemudian meneteskan dengan
larutan aquades pada bagian tengah.
2. Mengambil sedikit
biakan cendawan dengan jarus ose secara aseptic dan meletakkan diatas kaca
benda yang diberi aquades.
3. Menutup dengan kaca
penutup.
4. Mengamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian perbesaran sedang.
5. Menggambar, kemudian
memberi keterangan lengkap tentang:
a.
Bentuk hifa.
b. Spora (sporangiospora, konidia, artospora,
oospora, zigospora, arkospora, basidiospora).Dasar badan buah
c.
(sporangiospora, konidiaspora).
d. Bentuk khusus seperti stolon dan rhizoid.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengamatan
para praktikum yang telah di lakukan yaitu sebagai berikut.


![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||

![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Gambar 3. Jamur pada Ragi
Keterangan : 1. Spora
2. Hifa
1.2. Pembahasan
Fungi adalah
mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik,
berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual.
Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorpsi.
Pada praktikum yang
telah dilakukan dengan menggunakan biakan murni jamur/cendawan yang tumbuh pada 3
jenis bahan pangan yaitu jamur pada tempe, roti dan ragi yang menyebabkan terjadinya
kerusakan dan merupakan unsure utama penyusun bahan pangan it sendiri misalnya
jamur pada tempe. pengamatan jamur di awali dengan mengambil sampel jamur
secara bergantian pada bahan pangan yang di gunakan sebagai sampel, kemudian di
simpan pada meja objek dan di teteskan aquadest yang selanjutnya akan di amati
di bawah mikroskop cahaya.
Setelah diamati
dibawah mikroskop, terlihat adanya hifa dan spora pada ketiga biakan murni cendawan dari bahan pangan
yang di jadikan sebagai sampel. Spora adalah
sel kelamin yang dihasilkan secara generatif atau seksual oleh cendawan atau
jamur untuk berkembang biak. Secara teknis fungsi spora sama dengan biji pada
tanaman yaitu memudahkan untuk persebaran yang mempertahankan keturunan.
Apabila spora jatuh pada tempat yang cocok untuk tumbuh maka ia akan
berkecambah membentuk hifa. Hifa pada fungi adalah benang halus yang merupakan bagian dari
dinding seluler yang mengelilingi membran plasma dan sitoplama. Hifa membentuk
suatu hamparan anyaman yang disebut dengan miselium yaitu merupakan jaringan
makanan dari suatu fungi. Sebagian besar fungi adalah organisme multiseluler
dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel oleh didinding yang bersilangan atau
septum/septa. Septa umumnya memiliki pori yang cukup besar agar ribosom,
mitokondria, bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel yang
lain. Sebagian besar fungi membentuk dinding selnya dari kitin,suatu
polisakarida mengandung nitrogen yang kuat namun fleksibel. Namun beberapa fungi
juga ada yang tidak bersepta atau fungi senositik dimana fungi-fungi ini
terbentuk dari suatu massa sitoplasmik yang kontinu dengan ratusan atau ribuan
nukleus, namun tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasmik.
Fungi bereproduksi
dengan cara melepaskan spora yang dihasilkan melalui fase seksual atau
seksual,spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan dapat dihasilkan
secara seksual atau aseksual. Spora dihasilkan didalam dari struktur hifa yang
terspesialisasi ketika kondisi memungkinkan. Pertumbuhan yang cepat fungi
mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak spora secara
aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora akan berkecambah. Selain itu
perkembangbiakan melalui aseksual adalah salah satu cara reproduksi darurat
yang dilakukan ketika terjadi perubahan lingkungan. Reproduksi seksual
menghasilkan keturunan dengan keanekaragaman genetik yang lebih besar. Dalam
fase seksual terjadi beberapa siklus seksual ungi diantaranya,singami adalah
penyatuan seksual dari sel-sel yang berasal dari dua individu,terjadi dalam dua
tahapan yang berlainan waktu, kedua tahapan singami ini adalah plasmogami
(penyatuan sitiplasma) dan kariogami (penyatuan nukleus). Setelah plasmogami
nukleus dari masing-masing sel induk membentuk pasangan
namun belum menyatu membentuk suatu dikarion. Ketika telah terjadi
penyatuan kariogami kemudian membentuk sel diploid yang mengalami pembelahan
meiosis langsung.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan
dapat di simpulkan bahwa
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil,
berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau
selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Setelah diamati dibawah mikroskop,
terlihat adanya hifa dan spora pada ketiga biakan murni cendawan dari bahan pangan
yang di jadikan sebagai sampel Spora adalah sel kelamin yang
dihasilkan secara generatif atau seksual oleh cendawan atau jamur untuk
berkembang biak. Hifa pada fungi adalah benang halus yang merupakan bagian dari
dinding seluler yang mengelilingi membran plasma dan sitoplama.
5.2. Saran
Demi kelancaran dalam sebaiknya
para asisten memberikan pengarahan yang lebih spesifik kepada para
praktikan sebelum memulai praktikum. Sehingga para praktikan dapat memahami
segala tindakan yang akan di lakukan pada saat berlangsungnya proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Erlangga.
Jakarta.
Enda S. 2013. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang .
Gandjar. 2013. Analisis
Mikroba di Laboratorium. Rajawali. Jakarta.
Michael J.,& Pelczar. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Universitas
Indonesia . Jakarta .
Subandi, 2010. Mikrobiologi. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Lampiran
![]() |
![]() |
![]() |







Komentar
Posting Komentar